Sering kita tahu, ada orang yang mengeluh hidupnya kekurangan, serba sulit dan mengharapkan ada orang lain yang membantu.
Namun banyak dari mereka yang mengeluh kekurangan itu, tetap beli pulsa, padahal dia tidak punya bisnis yang perlu hp, nonton tv, kalau beli celana pilih yang mahal, atau yang semacam itu.
Banyak dari mereka mengeluh tidak punya kerja. Namun kegiatan sehari-harinya nonton tv, ngobrol tidak jelas, sms-an cuma guyon, atau kegiatan yang tidak produktif lainnya.
Sebenarnya masih banyak yang bisa dilakukan. Jalan ke pasar, banyak barang yang dijual. Misalnya kita bisa menjualkan ikan dengan berkeliling kampung. Yang di pasar, misalnya ikan itu harga 18 ribu per kg, bisa dijual 20 rb atau 22 ribu per kg dengan berkeliling menggunakan sepeda roda dua. Kalau mau hanya beberapa jam sudah bisa menjual 10 atau 20 kg ikan. Dan dapat untung 20 ribu atau 80 ribu rupiah per hari.
Banyak contoh yang lain. Di pasar ada yang menjual baju, buah, atau apa saja. Kita bisa menjualkannya.
Kalau kita bisa lebih pinter, kita bisa memperhatikan barang-barang yang dijual di toko-toko yang berjajar di jalan-jalan. Barang apa yang bisa kita buat. Tas, meja kecil, makanan, atau apa saja yang bisa kita temui.
Dengan kita bekerja. Mendekatkan barang yang dibutuhkan banyak orang, atau memproduksi barang-barang yang banyak dijual orang. Kita akan tidak punya waktu untuk mengeluh. Dan dengan sendirinya rejeki akan datang dari mana saja, termasuk dari sumber yang tidak kita sangka.
Berikut ini sebuah kisah tentang penjual ikan keliling.
Ulan tidak memiliki ijazah sarjana. Namun dia bisa bercakap-cakap dengan orang. Dia juga bisa naik sepeda roda dua. Dia juga punya tetangga yang berjualan ikan di pasar. Ulan bisa memanfaatkan peluang itu. Mengambil ikan milik tetangganya, lalu dijual keliling kampung.
Tinggal bersama keluarga yang sederhana yang penghasilan tetapnya hanya dari beberapa kamar yang disewakan sebagai tempat kos, Ulan terbiasa bekerja keras dan mau melakukan apa saja yang baik yang dapat memberikan penghasilan. Setiap pagi Ulan ke pasar, mengambil beberapa kilogram ikan, dan menjualnya keliling kampung tidak jauh dari rumahnya. Bagi dia, ikan adalah barang yang mudah dijual, dan omsetnya lumayan banyak, sehingga bisa memberikan keuntungan yang cukup bagus setiap harinya. Dan yang lebih penting, kegiatan itu mengasa jiwa bisnis Ulan, dan dengan keuntungan yang tidak terlalu sulit bagi orang yang suka bekerja keras seperti Ulan, menjadikan ia lebih mudah untuk bersedekah.
Pagi itu, sedang enak keliling menjual ikan. Ulan Mendengar seorang ibu sedang mencari rumah untuk membelikan anaknya yang baru menikah. Eh tidak jauh setelah itu, melihat seorang bapak sedang menempel tulisan "Rumah Dijual ..." di depan rumahnya.
"Rumahnya dijual Pak?" "Iya" "Minta berapa?" "Saya juga belum pasti enaknya berapa?" "Saya Ulan Pak. Bapak namanya siapa?" "Saman”
Langsung berbalik genjot sepeda, kembali kepada ibu yang barusan didengar sedang mencari rumah.
"Ibu masih mencari rumah yang dijual?" "Iya. Kamu ada?" "Ada Bu. Ayo saya tunjukkan" "Dimana?" "Tidak jauh kok Bu. Ayo ikut saya. Oh ya, ibu namanya siapa? Saya Ulan." “Belia”
Ibu itu langsung ambil sepeda motor mengikuti Ulan dengan sepedanya. Bersemangat menuju rumah yang barusan dipasangi tulisan dijual tadi.
“Assalamualaikum. Pak Saman. Ini ada Bu Belia yang mencari rumah” “Walaikum salam, Oh Ulan. Ayo masuk”
Singkat cerita, Bu Belia senang sekali membeli rumah itu, karena tidak jauh dari rumahnya, sehingga bisa sering bertemu anaknya. Pak Saman pun senang mendapatkan uang tunai yang kemudian digunakan untuk membeli kebun di sebelah rumahnya yang di desa. Kebun seluas lebih dari sehektar.
Keesokan harinya saat melewati rumah Bu Belia, Ulan dipanggil Bu Belia dan mempersilahkannya untuk masuk ke rumah. Hampir separuh ikan yang biasa dijajahkan diborong oleh Bu Belia. Satu amplop besar berisi uang dia terima dan saat itu tidak berani membukanya, karena melihat tebalnya tentu itu jutaan rupiah. Sebelum kembali, Bu Belia memberikan satu bungkus besar. “Ini aku titip untuk Pak Saman ya. Kamu nanti lewat situ kan?” Tanpa banyak kata Ulan mengayuh sepedanya dengan semangat. Lebih semangat dari hari-hari biasanya.
Saat memberikan titipan Bu Belia kepada Pak Saman, istri Pak Saman yang sedang berbenah hendak mengangkut barang-barang, melihat ikan-ikan segar yang dijual Ulan.
Hari itu semua sisa ikan diborong oleh Bu Saman. Di selah-selah obrolannya Pak Saman meminta nomor rekening Ulan. Meski Ulan sudah menduga akan mendapatkan komisi dari penjualan rumah, tapi Ulan tidak bilang apa-apa hanya meminta nomor HP Pak Saman, dan menjanjikan akan di sms.
Padahal Ulan tidak punya hp untuk sms, juga tidak punya rekening di bank manapun. Tapi Ulan yang sudah terlatih berdagang itu tahu ada amplop besar berisi uang di dalam tasnya.
Hari itu juga Ulan punya nomor rekening di bank swasta nasional. Hampir semua uangnya dia tabung, kecuali beberapa ratus ribu. Uang sisa itu dan ditambah tabungannya cukup untuk membeli hp yang bisa digunakan untuk telepon dan sms.
Hari itu, Ulan sms nomor rekening banknya. Dan keesokan harinya. Tanpa bisa berkata apa-apa tertegun melihat saldonya bertambah belasan juta rupiah.
Beberapa minggu kemudian, Ulan tidak lagi berkeliling untuk menjajahkan ikan. Dia cuma menjaga tokonya di pasar. Dan tampak beberapa temannya yang dulu menganggur, mengambil ikan dari toko milik Ulan, dengan membawa sepeda, menjajahkannya berkeliling kampung. Setelah ikan terjual, baru membayar kepada Ulan.
Bersambung.....
.Mode Fashion -